Festival Meeting merupakan bagian dari program baru yang diusung oleh Jakarta Film Week 2023 yaitu Jakarta Film Week NET (JFW NET). Festival Meeting merupakan forum diskusi bagi para pengiat film untuk membahas segala permasalahan yang terjadi pada industri perfilman di berbagai negara.
Pada tanggal 26 Oktober 2023 merupakan pelaksanaan perdana Festival Meeting yang diselenggarakan di Ashley Hotel Jakarta. Dengan mengambil topik ‘Southeast Asian Spotlight,’ sesi diskusi ini membahas mengenai tindakan solutif dalam membangun peningkatan visibilitas serta upaya dalam menciptakan ekosistem industri perfilman yang berkelanjutan di Asia Tenggara.
Partisipan yang hadir pada acara Festival Meeting kali ini di antaranya adalah Vivian Idris selaku Festival Board of Jakarta Film Week 2023, Rina Damayanti selaku Festival Director of Jakarta Film Week 2023, Ed Lejano selaku Artistic Director of QCinema International Film Festival, Pimpaka Towira selaku Programme Director of Bangkok Asean Film Festival, Jacob Wong selaku Director of HKIFF-Industry of Hong Kong International Film Festival, Ifa Isfansyah selaku Festival Director of Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), Thong Kay Wee selaku Programmer Director of Singapore International Film Festival, John Badalu selaku Film Producer serta moderator dalam acara, dan para penggiat film lainnya.
Melalui kesempatan diskusi ini, setiap pembicara menjelaskan mengenai apa saja hal-hal yang dihadapi oleh film festival di Asia Tenggara. Hal ini dijelaskan bahwa pada lima tahun terakhir, terjadi perkembangan yang signifikan dalam industri perfilman Asia Tenggara. Upaya kolaboratif dari berbagai instansi pemerintah dan non-pemerintah telah dilakukan untuk meningkatkan eksposur film-film Asia Tenggara, termasuk pemberian dana dan pengembangan kapasitas. Selain aspek-aspek tersebut, festival-festival film memegang peran kunci dalam mempromosikan dan mendistribusikan karya-karya film.
Thong Kay Wee menjelaskan bahwa saat ini Singapore International Film Festival berfokus pada pengembangan produser-produser muda untuk dapat menjadi penerus di industri perfilman. “Saat ini kami ingin melibatkan anak-anak muda yang ingin menyalurkan kreativitas nya di perfilman, oleh karena itu kami mendapatkan dukungan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pemuda serta organisasi setempat, sehingga kami dapat mengembangkan program festival,” ungkap Thong Kay Wee.
Ifa Isfansyah turut menambahkan bahwa JAFF telah mendapat dukungan dari pemerintahan setempat khususnya pada industri short documentary movie. “Saat ini kami telah mendapatkan dukungan pendanaan dari pemerintah dalam mendukung seluruh aspek dan sejauh ini berjalan dengan baik. Kami tidak hanya ingin berfokus pada pendanaannya saja, tetapi bagaimana cara mengembangkan program sehingga festival memiliki cakupan yang luas,” tambah Ifa.
Selama diskusi berlangsung, para pembicara juga menceritakan apa saja tantangan yang dihadapi dalam proses sebuah festival. Salah satunya, Vivian menjelaskan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi permasalahan yang cukup menjadi perhatian, seperti kurangnya SDM dan memiliki orang yang dapat bertahan untuk keberlanjutan acara. Sehingga hal ini sulit untuk mempertahankan konsistensi suatu acara.
Sebagai penutup Jacob Wang menambahkan bahwa dalam menghadapi tantangan pada industri perfilman, pentingnya membentuk sebuah kolaborasi dengan seluruh stakeholders di industri perfilman khususnya Asia Tenggara untuk menghadapi segala tantangan yang terjadi.
Melalui inisiasi Jakarta Film Week dalam pelaksanaan Festival Meeting diharapkan dapat menjadi wadah bagi para penggiat film untuk dapat berdiskusi mengenai perkembangan industri perfilman baik dalam skala nasional maupun internasional. Sehingga memberikan kesempatan bagi penggiat film lokal untuk dapat membuat suatu festival di berbagai daerah di Indonesia, agar karyanya mampu berlayar secara global.
Asia Khairunnisa Luthan | Nanda Hadiyanti