Jakarta Film Week 2022 menyelenggarakan program kolaborasi dengan Madani International Film Festival 2022, yaitu program pemutaran film sekaligus sesi tanya jawab. Program-program ini terselenggara pada 14 Oktober 2022 di Kineforum, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Jakarta Film Week dan Madani International Film Festival melakukan pemutaran dengan total 9 film pendek. Program pertama adalah pemutaran Film Scent Of Life, Happy Land, Night, dan Sheta serta sesi tanya jawab dari East Cinema. Program kedua merupakan pemutaran film Haji, Hari Sebelum Puasa, Kabar dari Kubur, Boncengan, dan Subuh yang kemudian berlanjut dengan sesi tanya jawab.
Antusiasme penonton untuk menghadiri program-program dari Jakarta Film Week dan Madani International Film Festival kali ini terbukti dari seluruh tiket yang terjual habis.
Kolaborasi dengan Madani International Film Festival 2022 lainnya yaitu, Talks dengan tema Ustaz Dalam Film Horor Indonesia. Hikmat Darmawan selaku pengamat film dan Charles Gozali, penulis dan sutradara hadir sebagai pembicara. Pemutaran trailer film Qodrat karya Charles Gozali hadir sebagai pembuka program. Film tersebut akan tayang di Bioskop tanggal 27 Oktober 2022 nanti.
Perbincangan kemudian berlanjut kepada bahasan trend film horor di Indonesia yang selalu memiliki pasarnya sejak lama dan unsur reliji yang hampir selalu ada di setiap filmnya. Telah diamati bahwa film horor Indonesia menggunakan pemuka agama sebagai karakter yang berperan untuk menyelesaikan masalah menjadi hal mainstream di industri ini.
Program Talks di hari kedua penyelenggaraan Jakarta Film Week 2022.
“Posisi tokoh agama yang menyelesaikan masalah itu tidak eksklusif Islam dan Indonesia. Tapi bedanya adalah itu dilembagakan sebagai sebuah aturan negara. Pada 1981, Dewan Film Nasional mengeluarkan etika produksi film. Salah satunya adalah jalan cerita harus mengarahkan ketakwaan, memuliakan agama, dan sebagainya. Kemudian diterjemahkan menjadi aturan main kalau film horor harus ada tokoh agamanya yang menyelesaikan,” Jelas Hikmat Darmawan.
Pemilihan pemuka agama dalam film horor juga terpengaruh oleh kultur dan budaya negara, seperti budaya barat yang umumnya lebih sering mengggunakan sosok Pendeta. Sedangkan di Indonesia, dengan mayoritas penduduk adalah pemeluk agama Islam, maka terdapat pemikiran bahwa tokoh Ustaz yang mampu menyelesaikan masalah.
Pada era ini sudah menjadi lebih fleksibel dan beragam, baik dari sineas maupun aturannya. Seperti pada film Pengabdi Setan karya Joko Anwar yang karakter Ustaz bukan lagi menjadi penyelesai masalah. Namun juga menjadi salah satu korban. Namun, untuk menyajikan cerita atau penokohan berbeda juga tidak dapat semena-mena oleh sineas. “Horor itu pop culture di Indonesia, tapi Islami atau reliji itu tidak boleh salah atau sembarangan,” ungkap Charles Gozali.
Aurora Zaslin | Nanda Hadiyanti