Doa Mengancam, Series Multigenre yang Tidak Terjebak Stereotip

Apa jadinya jika kamu sudah rajin berdoa, namun doamu tidak juga dikabulkan, namun malah terus-menerus tertimpa musibah? Apakah doamu akan menjadi doa mengancam?

Itu adalah premis series Doa Mengancam yang ditayangkan pada Series on Screen di Jakarta Film Week 2022. Sore itu, para penonton disuguhkan dua episode series Doa Mengancam di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, sementara episode selanjutnya dapat ditonton di Vidio.com.

Rina Damayanti selaku Festival Director Jakarta Film Week memberikan sambutan, “Jakarta Film Week ingin menjadi bagian dari berkembangnya industri OTT (Over-The-Top) di Indonesia, dan juga kita berterima kasih kepada Vidio yang selalu menjadi mitra kolaborator untuk Jakarta Film Week.”

Acara tidak selesai sampai pemutaran series saja, namun juga ada sesi tanya-jawab bersama para aktor dan produser. Kevin Ardilova, Tissa Biani, Sonia Alyssa, dan Hanung Bramantyo telah hadir untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai series ini.

Meskipun Hanung Bramantyo pernah membuat film layar lebar dengan judul yang mirip, Doa yang Mengancam, pada tahun 2008, beliau mengungkapkan bahwa series ini berbeda dengan film tersebut.

Bersama Penulis Skenario Jujur Prananto dan Sutradara Senoaji Julius, Hanung Bramantyo berhasil membuat sebuah series religi yang tidak mainstream dan tidak ingin terjebak dalam stereotip. Dapat ditemukan genre drama, roman, komedi, bahkan laga di dalam series ini.

Kevin Ardilova yang menjadi pemeran utama dalam series ini mengakui ia tidak mengetahui mengenai film layar lebar yang sudah dirilis beberapa tahun sebelumnya. Namun, hal tersebut tidak menjadi hambatan Kevin dalam mendalami perannya sebagai Madrim.

Saat ditanyakan proses pendalaman karakternya sebagai seseorang yang marah kepada Tuhan, ia menjawab, “Yang saya tangkap, kebencian itu datang dari kekecewaan, dari hal-hal yang dia rasa sudah dikorbankan, tapi dia tidak mendapatkan juga apa yang dia inginkan,” ujarnya. “Akhirnya itu aja yang saya pegang, rasa-rasa kekecewaan itu, ya sama orang lain, sama orang tua, sama teman, sama sahabat, sama pacar. Kekecewaan-kekecewaan itu yang saya kumpulin jadi satu, tapi ini objeknya Tuhan,” sambungnya.

Pada kesempatan ini, Tissa Biani yang memerankan Sarima juga ikut berbagi pengalaman syuting di Yogyakarta bersama para cast yang lainnya dan proses membangun chemistry yang tidak mudah. Sementara, Sonia Alyssa yang memerankan Riana mengungkapkan berbagai pelajaran dan pengalaman yang ia dapatkan selama kolaborasi pertamanya dengan Hanung Bramantyo.

 

Zita Maria | Nanda Hadiyanti