Foreword by the Jakarta Festival Board

 

•   •   •

Pandemi mulai mereda. Dunia perfilman pun bergeliat bangkit. Sejak tahun lalu, fenomena ini sudah terasa. Tontonan semakin bervariasi, film bioskop mulai membaik bahkan melampaui rekor jumlah penonton: 9 juta penonton (KKN Desa Penari), 6 juta (Pengabdi Setan). Lima film meraup lebih dari 2 juta (bahkan nyaris 3 juta) penonton, dan 3 film hampir mencapai 2 juta penonton. Dari sisi festival film juga sudah terasa. Seperti Autobiography yang mendapatkan Fipresci Award di Festival Film Venice.  Festival film makin aktif dengan metode luring atau hibrida.

Mendampingi bioskop, platform daring juga semakin diminati. Tidak hanya menjadi alternatif eksibisi dan distribusi, namun juga menyimpan film-film lama untuk disimak secara legal. Satu hal penting lainnya adalah semakin banyak dan membaiknya mutu series buatan anak negeri, yang bahkan akan tayang di OTT sekaliber Netflix dan Disney Hotstar.

Jakarta Film Week mengikuti perkembangan tersebut.  Beragam film yang diseleksi–dalam dan luar negeri, Panjang dan pendek, berbagai genre—tercakupi dalam festival kali ini. Vidio pun digandeng sebagai mitra OTT untuk menayangkan film-film pendek yang dikurasi. Dan juga, sebuah penghargaan untuk produksi series juga muncul.

Semua terjadi di Jakarta. Semoga JFW semakin mengukuhkan identitas dan ciri khasnya, sebagai tempat titik temu semua elemen ekosistem perfilman di pusat kreatif industri Indonesia. Semoga JFW bisa makin berkontribusi, menjadi ruang untuk membuka percakapan dan diskusi, dan tempat saling interaksi antara penonton, komunitas film, dan para sineas dalam dan luar negeri.

Selamat berfestival, Jakarta!

– Ekky Imanjaya / Festival Board –

•   •   •

Festival film bagi saya dan tentunya bagi banyak orang adalah tempat menonton film-film berkualitas. Juga menjadi tempat film-film dengan cara bertutur dan tema yang berbeda, tempat berjejaring dan yang utama tempat belajar. Sejak kemunculan Jakarta Film Week yang cukup nekat di tengah pandemi covid-19, festival ini menjadi harapan banyak filmmaker muda. Khususnya sebagai platform pengembangan kapasitas dengan program-program andalan seperti Jakarta Film Fund dan yang baru diluncurkan tahun ini adalah Producer’s Lab, yang keduanya sangat relevan dengan kebutuhan ekosistem film di Indonesia.

Jakarta Film Week hadir mewakili Badan Perfilman Indonesia khususnya Bidang Festival dan Penyelenggara Kegiatan. Kami mendukung penuh yang dilakukan Jakarta Film Week dan berharap dukungan dari berbagai pihak terus mengalir menyertai kerja keras komite Jakarta Film Week. Sebagai bagian dari ekosistem film dan Festival Board Jakarta Film Week, saya mengundang semua pihak, khususnya masyarakat Jakarta, filmmakers & penonton film untuk menikmati Jakarta Film Week 2022. 

– Vivian Idris / Festival Board –

 

•   •   •

Paska pandemi menjadi trigger penting dalam membaca kembali ekosistem industri perfilman Indonesia. Berkembangnya platform digital atau Over The Top (OTT) dan cara penonton film Indonesia memulai masuk kembali ke bioskop menjadi dasar pertimbangan para pelaku industri film untuk membaca kembali pemetaan film baik secara distribusi, kreatif,  tehnis dan regulasi. 

Festival film menjadi salah satu bagian penting untuk mengukur seluruh komponen dalam pemetaan industri film. Antusiasme penonton Indonesia serta kemunculan generasi baru film maker Indonesia mendorong Jakarta Film Week (JFW) untuk memberi ruang kolaborasi dalam rangka menjajaki pemetaan industri perfilman. Tahun kedua Jakarta Film Week dengan dukungan Pemprov DKI Jakarta menjadi tiang penting dalam keikutsertaan mengembalikan apresiasi terhadap film Indonesia dan penonton Indonesia percaya terhadap karya-karya dalam negeri serta belajar pada film-film global.

Terima kasih telah menjaga ekosistem film Indonesia.

– Andhy Pulung / Festival Board –